Ketika masuk dalam kehidupan pernikahan, banyak orang yang terkejut dan
tidak siap ketika menemukan sifat asli dari pasangannya. Sifat dan
karakter yang mungkin tidak pernah muncul ketika masih menjalani proses
pacaran dan bertunangan. Tidak selamanya sifat buruk ini membahayakan
kehidupan pernikahan Anda namun respon Anda dalam menyikapi hal inilah
yang serinngkali meruntuhkan jalinan cinta dan rumamh tangga yang telah
Anda bina dengan susah payah. Respon seperti apa sajakah itu?
Hindari melakukan hal2 berikut ini :
1. Menyalahan dan menuduh.
Pernyataan-pernyataan yang seringkali justru cenderung menjadi
teriakan-teriakan seperti, "Kenapa kamu selalu begitu? Ada apa denganmu
sebenarnya? Bisakah kamu melakukan sesuatu yang benar? Lagi-lagi kamu
melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat! Masalahmu adalah kupingmu tidak
berguna tau!" merupakan ungkapan-ungkapan yang tidak boleh hadir dalam
kehidupan pernikahan Anda. Jangan sekali-kali pernah mengeluarkan
pernyataan-pernyataan seperti ini.
2.Memberi label.
Memberi label disini seperti dengan mengatakan pasangan sebagai
pelupa, pikun, pemalas, ceroboh, bodoh dan lain2. Label-label seperti
ini juga jangan pernah izinkan terucap dari mulut Anda dan pasangan
Anda. Karena bukannya berubah, pasangan Anda justru akan semakin menjadi
seperti label yang kerap kali Anda lontarkan.
3.Mengancam.
Pernyataan-pernyataan ancaman seperti. "Kalau kamu...., kamu akan
rasakan akibatnya!". NAda-nada ancaman seperti iini justru harus
dijauhkan dari kehidupan pernikahan Anda.
4. Menguliahi dan memarahi.
Tidak ada orang yang suka dikuliahi dan diceramahi seperti anak
kecil. Sebagai orang dewasa yang merasa dapat bertanggung jawab atas
dirinya sendiri, pernyataan2 seperti inijustru dapat melukai harga diri
pasangan yang pada akhirnya berpotensi merenggangkan hubungan suami
istri dalam pernikahan.
Dalam mengubah pasangan, yang perlu Anda tanamkan dalam diri Anda asalah
perlunya membangun motivasi yang lahir dari dalam (inner motivation).
Dengan demikian, perubahan yang dilakukan pun tidak secara terpaksa dan
dapat bertahan lama.
Namun sayangnya banyak orang justru menggunakan keempat cara diatas
dengan dalih membantu pasanngan agar menjadi pribadi yang terbaik.
PAdahal bisa jadi masalahnya ada didalam diri Anda yang tidak dapat
menerima pasangan apa adanya sehingga memaksanya berubah sesuai dengan
keinginan Anda.
Padahal dengan melakukan keempat cara tersebut hanya akan membuat hati
pasangan dipenuhi emosi negatif yang justru akann memunculkan perasaan2
negatif, harga diri yang rendah, perasaan tidak mampu, tidakpenting dan
tidak berguna. Lalu, tanpa cinta dan penerimaan dari pasangan maka tidak
lama lagi perilaku negatif dan situasi yang tidak kondusifpun akan
terjadi.
Kabar baiknya adalah masih ada cara lain yang dapat Andagunakan untuk mengubah pasangan tanpa menimbulkan pertengkaran. Cara-cara tersebut adalah :
1. Jadikan pasangan merasa dirinya penting.
Semua orang dewasa ingin merasa bahwa dirinya penting dan ternyata
jika diberikan keperca dan tanggung jawab meskipun hal itu adalah suatu
uang menantang, cenderung akan dilakukan dengan upaya yang terbaik.
Seringkali yang menjadi penyebab pasangan kita rentan terhadap perubahan
adalah adanya perasaan merasa dirinya "kecil" dan tidak penting.
Seakan-akan mereka adalah pihak yang . Seolah-olah kalah dalam
pertarungan. Gunakan kata-kata, "Sayang, akan sangat menbantu jika
kamu..., akan tahu hanya kamu yang bisa... akan tahu kamu dapat
diandalkan...dll."
2. Bicarakan perasaan Anda.
Seringkali pasangan melakukan sesuatu yang salah karena mereka hanya
memikirkan dirinya sendiri dan belum menyadari bahwa tindakan itu
berdampak pada orang lain. Umumnya pasangan suami istri mencintai dan
peduli terhadap pasangannya. Nah, ketika pasangan menyadari betapa
mereka telah menyakiti pasangan Anda, mereka akan lebih bersedia
bekerjasama. Misalnya saja daripada ngomel kerena tagihan pulsa telepon
yang tiap bulan selalu naik dan mengatakan dirinya sebagai orang boros,
lebih baik jika Anda mengutarakan kekhawatiran dan kecemasan Anda jika
biaya bulanan selalu terpotong untuk membayar tagihan pulsa yang selalu
bertambah.
3.Jelaskan masalahnya.
Dengan menjelaskan masalahnya pada pasangan, justru Anda tidak sedang
dalam popsisi menyerangnya. Yang ada sebenarnya adalah Anda sedang
memberikan kesempatan kepadanya untuk berpikir tentang tindakan yang
telah dilakukannya. Dengan demikian, pasanagn Anda akan melakukan suatu
kebiasaan baru untuk menyelesaikan masalah. Misalnya daripada
menh\gatakan, “kamu itu dengarkan, anjing peliharaanmu berisik. Mau
menunggu sampai dia mati? Kamu sudah janji mamu merawatnya kan?”
sebaiknya Anda mengatakan, “say, kelihatannya puppy laper tuch…”
4. memberikan pilihan
Pada umumnya tidak senang dikendalikan (disuruh-suruh) karena
mengganggu kebutuhan emosional mereka dalam hal kebebasan. Ketika
pasangan tidak diberi kebebasan maka ada kecenderungan untuk berontak
atau tidak peduli. Dengan memberikan pilihan dan kekuasaan untuk memilih
kepada pasangan, maka akan lebih kuat dalam melakukan sesuatu dan
memiliki komitmen dalam melakukannya. Trik ini untuk memberitahu
pasangan mengenai konsesuensi pilihan yang dibuatnya dan terserah kepada
pasangan (membuat mereka merasa penting) untuk membuat pilihan yang
tepat. Misalnya saja saat Anda dan pasangan memiliki rencana untuk pergi
keluar. Daripada menyuruhnya untuk segera menyelesaikan tugas dirumah,
tanyakan kepadanya kapan ia hendak menyelesaikan tugas itu dan bagaimana
dampak dari keputusan itu terhadap rencana Anda berdua.
Membangun keharmonisan dalam pernikahan bukanlah suatu hal yang
mudah. Namun yakinlah perjuangan Anda berdua dalam membangun dan
mempertahankan bahtera rumah tangga tidak akan pernah berakhir dengan
sia-sia. Dan yang terpenting hadirkan Tuhan ditengah-tengah keluarga
Anda.
Kamis, 20 September 2012
TIPS MENGUBAH PASANGAN TANPA PERTENGKARAN
Minggu, 16 September 2012
Tentang masa depan
Sangat inspiratif penjelasan masa depan di acara mario teguh malam hari ini, seorang motivatorpun mengatakan bahwa memang masa depan tidak jelas dan kita pun tidak mengetahui apa yang ada di depan kita, saya membaginya menjadi 3 waktu seperti kebanyakan orang tau, masa lalu , masa sekarang dan masa depan, yang hanya dapat kita lihat adalah masa sekarang yang seharusnya kita melakukan yang terbaik, dan tentunya dibarengi dengan rasa selalu berharap, berbicara tentang harapan yang paling "ngena" banget adalah cara kita yang terlalu mengenggam apa yang kita impikan padahal kitapun tidak mengetahui apa yang terjadi di masa depan, sehingga buat apa kita menggenggam erato akan lebih baik jika melepaskan. Berharap dan yakin itu memang perlu untuk menggapai cita2 dan impian agar usaha kita saat ini lebih keras dan lebih baik, walaupun kita tidak tahu apa yang di depan kita, melepaskan artinya kita selalu mengikhlaskan terhadap usaha dan kerja keras saat ini, dan yang saya pahami di sini dan memang ada benarnya bahwa biarlah Allah Swt yang menilai wujud usaha kerja keras kita, dan berharap untuk di baikkan dan di jadikan lebih baik, terlepas dari ini semua dan masih berkaitan tentang masa depan, bersama pasangan kita khususnya ini terjadi pada perjalanan kisahku, akhirnya aku berada pada sudut dimana aku sudah tak mampu untuk menggapainya, tapi aku percaya bahwa Allah Swt pasti memiliki rencana lebih indah dari ini semua, untuk detailnya biarlah aku, dia dan Allah Swt, yang pasti adalah ini merupakan pelajaran berharga untuk tetap membuatku tegar dan selalu membangun kepercayaan diri dan keyakinan bahwa apa yang aku usahakan sekarang pasti akan membuahkan hasil, dan ini semua atas kuasa Allah Swt. ada kesimpulan lain yang membuat aku menjadi lebih semangat lagi adalah bahwa harta bukanlah segala-galanya akan tetapi sikap yang terbaik yang menjadikan kita lebih berharga daripada harta. Ya Rabb semoga aku selalu menjadi manfaat buat orang yang aku sayangi serta cintai dan biarlah engakau Ya Rabb yang menghargai sikapku dan pada akhirnya menjadikan kehidupan dan rezekiku lebih baik.
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.
Audzubillahiminasyaitonirojim bismillahirohmanirohim
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.
Sabtu, 15 September 2012
Cinta ketulusan dan alasan
terkadang cinta memang bisa membutakan kita dalam berfikir, terkadang cinta juga bisa menjadi energi positif atau negatif di dalam kehidupan kita, tapi ada satu hal yang tidak bisa cinta jawab tentang mengapa kita mencintai seseorang dengan tulus, karena memang cinta tidak memiliki alasan untuk itu, yang terkadang aku kalang kabut dibuatnya dalam menghadapinya, tanpa alesan dan juga tanpa melihat waktunya, cinta itu seperti pemeran tunggal dalam drama, dia berlenggang sesuai yang diinginkannya, 5 huruf yang sangat misteri sampai kita lupa bahwa semakin tumbuh cinta, semakin besar perasaan kehilangan itu ada, seperti itulah sebab akibat dari sebuah cinta, dulu aku selalu banyak menjadi tempat curhatan, sebut saja bahasa ngetrendnya sekarang pada "galauers", satu hal yang masih aku ingat dikala aku menasehati mereka bahwa ketika "naik tanggal janganlah terlalu tinggi karena apabila jatuh juga semakin sakit", lain halnya sekarang yang akupun sendiri telah mengabaikan hal tersebut.
Inilah Sebabnya Saya Memutuskan Berhenti Jadi Wanita Karir, Saudariku
Sore itu sembari menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di
masjid ini seusai ashar. Kulihat seseorang yang berpakaian rapi,
berjilbab dan tertutup sedang duduk disamping masjid. Kelihatannya ia
sedang menunggu seseorang juga. Aku mencoba menegurnya dan duduk
disampingnya, mengucapkan salam, sembari berkenalan.
Dan akhirnya pembicaraan sampai pula pada pertanyaan itu. “Anti sudah menikah?”.
“Belum ”, jawabku datar.
Kemudian wanita berjubah panjang (Akhwat) itu bertanya lagi “kenapa?”
Pertanyaan yang hanya bisa ku jawab dengan senyuman. Ingin kujawab karena masih hendak melanjutkan pendidikan, tapi rasanya itu bukan alasan.
“Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya.
“Menunggu suami” jawabnya pendek.
Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya “Mbak kerja di mana?”
Entah keyakinan apa yang membuatku demikian yakin jika mbak ini memang seorang wanita pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.
“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.
“Kenapa?” tanyaku lagi.
Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah PINTU AWAL kita wanita karir yang bisa membuat kita lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.
Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.
Saudariku, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah hanya ingin didatangi oleh laki-laki yang baik-baik dan sholeh saja.
“Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7 juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari dan es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Kamu tahu kenapa ?
Waktu itu jam 7 malam, suami saya menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Setibanya dirumah, mungkin hanya istirahat yang terlintas dibenak kami wanita karir. Ya, Saya akui saya sungguh capek sekali ukhty. Dan kebetulan saat itu suami juga bilang jika dia masuk angin dan kepalanya pusing. Celakanya rasa pusing itu juga menyerang saya. Berbeda dengan saya, suami saya hanya minta diambilkan air putih untuk minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendiri lah !!”.
Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya.
Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya (kami memang berkomitmen untuk tidak memiliki khodimah)? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga.
Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air putih saja saya membantahnya. Air mata ini menetes, air mata karena telah melupakan hak-hak suami saya.”
Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya.
“Kamu tahu berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700 rb/bulan. Sepersepuluh dari gaji saya sebulan. Malam itu saya benar-benar merasa sangat durhaka pada suami saya.
Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya dengan ikhlas dari lubuk hatinya. Setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata “Umi, ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridho”, begitulah katanya. Saat itu saya baru merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong dan durhaka pada nafkah yang diberikan suami saya, dan saya yakin hampir tidak ada wanita karir yang selamat dari fitnah ini”
“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu sering begitu susah jika tanpa harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya" Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.
“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua, dan saudara-saudara saya justru tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Sesuai dugaan saya, mereka malah membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan yang lain.”
Aku masih terdiam, bisu mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.
“Kak, bukankah kita harus memikirkan masa depan ? Kita kerja juga kan untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini mahal. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah.
Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali mengalir, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.
“anti tau, saya hanya bisa menangis saat itu. Saya menangis bukan karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, Demi Allah bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya sudah DIPANDANG RENDAH olehnya.
Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam hari ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan ?
Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan ?
Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya.
Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya.
Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya.
Saya berharap dengan begitu saya tak lagi membantah perintah suami saya. Mudah-mudahan saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga dengan pekerjaan suami saya ukhty, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan seperti itu.
Disaat kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tetapi suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya.
Suatu saat jika anti mendapatkan suami seperti suami saya, anti tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anti pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkanku.
Kulihat dari kejauhan seorang laki-laki dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, wanita itu meninggalkanku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.
Ya Allah….
Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling berkesan dalam hidupku. Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku..Subhanallah..Walhamdulillah..Wa Laa ilaaha illallah...Allahu Akbar
Semoga pekerjaan, harta dan kekayaan tak pernah menghalangimu untuk tidak menerima pinangan dari laki-laki yang baik agamanya..
referensi : http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=13452203
NB : mungkin 10 diantara 1000 seorang istri yang seperti ini,, wallahu'alam
Dan akhirnya pembicaraan sampai pula pada pertanyaan itu. “Anti sudah menikah?”.
“Belum ”, jawabku datar.
Kemudian wanita berjubah panjang (Akhwat) itu bertanya lagi “kenapa?”
Pertanyaan yang hanya bisa ku jawab dengan senyuman. Ingin kujawab karena masih hendak melanjutkan pendidikan, tapi rasanya itu bukan alasan.
“Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya.
“Menunggu suami” jawabnya pendek.
Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya “Mbak kerja di mana?”
Entah keyakinan apa yang membuatku demikian yakin jika mbak ini memang seorang wanita pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.
“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.
“Kenapa?” tanyaku lagi.
Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah PINTU AWAL kita wanita karir yang bisa membuat kita lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.
Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.
Saudariku, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah hanya ingin didatangi oleh laki-laki yang baik-baik dan sholeh saja.
“Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7 juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari dan es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Kamu tahu kenapa ?
Waktu itu jam 7 malam, suami saya menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Setibanya dirumah, mungkin hanya istirahat yang terlintas dibenak kami wanita karir. Ya, Saya akui saya sungguh capek sekali ukhty. Dan kebetulan saat itu suami juga bilang jika dia masuk angin dan kepalanya pusing. Celakanya rasa pusing itu juga menyerang saya. Berbeda dengan saya, suami saya hanya minta diambilkan air putih untuk minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendiri lah !!”.
Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya.
Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya (kami memang berkomitmen untuk tidak memiliki khodimah)? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga.
Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air putih saja saya membantahnya. Air mata ini menetes, air mata karena telah melupakan hak-hak suami saya.”
Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya.
“Kamu tahu berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700 rb/bulan. Sepersepuluh dari gaji saya sebulan. Malam itu saya benar-benar merasa sangat durhaka pada suami saya.
Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya dengan ikhlas dari lubuk hatinya. Setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata “Umi, ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridho”, begitulah katanya. Saat itu saya baru merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong dan durhaka pada nafkah yang diberikan suami saya, dan saya yakin hampir tidak ada wanita karir yang selamat dari fitnah ini”
“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu sering begitu susah jika tanpa harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya" Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.
“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua, dan saudara-saudara saya justru tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Sesuai dugaan saya, mereka malah membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan yang lain.”
Aku masih terdiam, bisu mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.
“Kak, bukankah kita harus memikirkan masa depan ? Kita kerja juga kan untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini mahal. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah.
Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali mengalir, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.
“anti tau, saya hanya bisa menangis saat itu. Saya menangis bukan karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, Demi Allah bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya sudah DIPANDANG RENDAH olehnya.
Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam hari ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan ?
Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan ?
Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya.
Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya.
Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya.
Saya berharap dengan begitu saya tak lagi membantah perintah suami saya. Mudah-mudahan saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga dengan pekerjaan suami saya ukhty, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan seperti itu.
Disaat kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tetapi suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya.
Suatu saat jika anti mendapatkan suami seperti suami saya, anti tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anti pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkanku.
Kulihat dari kejauhan seorang laki-laki dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, wanita itu meninggalkanku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.
Ya Allah….
Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling berkesan dalam hidupku. Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku..Subhanallah..Walhamdulillah..Wa Laa ilaaha illallah...Allahu Akbar
Semoga pekerjaan, harta dan kekayaan tak pernah menghalangimu untuk tidak menerima pinangan dari laki-laki yang baik agamanya..
referensi : http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=13452203
NB : mungkin 10 diantara 1000 seorang istri yang seperti ini,, wallahu'alam
Kamis, 13 September 2012
When You Love Someone #RadioGalau
I love you but it's not so easy to make you here with me
I wanna touch and hold you forever
But you're still in my dream
And I can't stand to wait ‘till nite is coming to my life
But I still have a time to break a silence
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will lose your chance
To make your dreams come true...
I used to hide and watch you from a distance and i knew you realized
I was looking for a time to get closer at least to say... “hello”
And I can't stand to wait your love is coming to my life
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true...
And I never thought that I'm so strong
I stuck on you and wait so long
But when love comes it can't be wrong
Don't ever give up just try and try to get what you want
Cause love will find the way....
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true...
I wanna touch and hold you forever
But you're still in my dream
And I can't stand to wait ‘till nite is coming to my life
But I still have a time to break a silence
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will lose your chance
To make your dreams come true...
I used to hide and watch you from a distance and i knew you realized
I was looking for a time to get closer at least to say... “hello”
And I can't stand to wait your love is coming to my life
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true...
And I never thought that I'm so strong
I stuck on you and wait so long
But when love comes it can't be wrong
Don't ever give up just try and try to get what you want
Cause love will find the way....
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true...
Rabu, 12 September 2012
Test posting via android
Akhirnya bisa ngeblog via robot ijo.. Hehehe
Jumat, 07 September 2012
Sedikit goresan cerita #lanjutanLDR
Entah harus memulainya darimana untuk menggoreskan isi sudut hati ini yang telah lama ingin berbicara tentang apa yang sedang di rasakan, sebuah harapan yang sangat aku ikat kencang semakin lama harus di putuskan dengan beberapa keributan yang tak ujung hentinya, masihkah aku kurang sabar atau aku masih kurang bersyukur ataupun menyia-nyiakan kesempatan dalam menuju gerbang untuk ke kehidupan baru, Entahlah,,, mungkin aku seharusnya mengingat-ingat bahwa naik tangga itu jangan terlalu tinggi supaya jatuhnya nggk terlalu sakit juga, tapi itulah perasaan dimana terkadang harus mengorbankan walaupun pada akhirnya yang di korbankan itu menjadi sia-sia, bertahan dengan harapan yang berada di ujung tanduk itu nyerinya sampai ke ujung kuku, walaupun terkadang aku bisa tetap tegar dan berkata pada diri sendiri bahwa jika memang DIA jodoh pasti sang pencipta akan memberikan jalan terbaik untuk menyelesaikan, menyimak perkataan dalam BATMAN BEGINS “Mengapa kita jatuh? Kita jatuh supaya kita bisa belajar untuk bangkit kembali", Tersenyum.. sikap inilah yang terkadang bisa menumbuhkan ketenangan diri, dan setidaknya menutupi kondisiku dari lingkungan sekelilingku, sekian dan terima kasih, semoga keajaiban dan keberuntungan masih berpihak padaku, dan si pemegang harapanku masih mempertahankan masa depan yang dia dan aku telah bangun selama ini.
Kamis, 06 September 2012
Tersenyumlah
Terkadang kita dihadapkan dalam beberapa persoalan yang mungkin saat itu kita tidak dapat menyelesaikannya, ada hal yang paling mudah menurut saya untuk menetralisir segalanya dan menurutku "it's work", langkah awal adalah tetaplah tersenyum setidaknya sedikit banyak akan mempengaruhi pikiran kita untuk meredam rasa penat
Selasa, 04 September 2012
Seluruh Nafas Ini
Lagu buat seseorang yang slalu di nanti karena Terlalu sayang dan cintanya diriku padamu :
Lihatlah luka ini yang sakitnya abadi
Yang terbalut hangatnya bekas pelukmu
Aku tak akan lupa tak akan pernah bisa
Tentang apa yang harus memisahkan kita
Di saat ku tertatih tanpa kau disini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
Jika memang dirimulah tulang rusukku
Kau akan kembali pada tubuh ini
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh nafas ini
Kita telah lewati rasa yang pernah mati
Bukan hal baru bila kau tinggalkan aku
Tanpa kita mencari jalan untuk kembali
Takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku
Di saat ku tertatih tanpa kau disini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
Jika memang kau terlahir hanya untukku
Bawalah hatiku dan lekas kembali
Ku nikmati rindu yang datang membunuhku
Untukmu seluruh nafas ini
Dan ini yang terakhir (aku menyakitimu)
Ini yang terakhir (aku meninggalkanmu hooo..)
Tak kan ku sia-siakan hidupmu lagi
Ini yang terakhir, dan ini yang terakhir
Tak kan ku sia-siakan hidupmu lagi
Jika memang dirimulah tulang rusukku (terlahir untukku)
Kau akan kembali pada tubuh ini (bawa hatiku kembali)
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh nafas ini
Jika memang kau terlahir hanya untukku
Bawalah hatiku dan lekas kembali
Ku nikmati rindu yang datang membunuhku
Untukmu seluruh nafas ini
Untukmu seluruh nafas ini
Untukmu seluruh nafas ini
Lihatlah luka ini yang sakitnya abadi
Yang terbalut hangatnya bekas pelukmu
Aku tak akan lupa tak akan pernah bisa
Tentang apa yang harus memisahkan kita
Di saat ku tertatih tanpa kau disini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
Jika memang dirimulah tulang rusukku
Kau akan kembali pada tubuh ini
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh nafas ini
Kita telah lewati rasa yang pernah mati
Bukan hal baru bila kau tinggalkan aku
Tanpa kita mencari jalan untuk kembali
Takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku
Di saat ku tertatih tanpa kau disini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
Jika memang kau terlahir hanya untukku
Bawalah hatiku dan lekas kembali
Ku nikmati rindu yang datang membunuhku
Untukmu seluruh nafas ini
Dan ini yang terakhir (aku menyakitimu)
Ini yang terakhir (aku meninggalkanmu hooo..)
Tak kan ku sia-siakan hidupmu lagi
Ini yang terakhir, dan ini yang terakhir
Tak kan ku sia-siakan hidupmu lagi
Jika memang dirimulah tulang rusukku (terlahir untukku)
Kau akan kembali pada tubuh ini (bawa hatiku kembali)
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh nafas ini
Jika memang kau terlahir hanya untukku
Bawalah hatiku dan lekas kembali
Ku nikmati rindu yang datang membunuhku
Untukmu seluruh nafas ini
Untukmu seluruh nafas ini
Untukmu seluruh nafas ini
Langganan:
Postingan (Atom)