Sabtu, 04 Agustus 2012

kyai dan santri

Seorang kyai sepuh bercerita di suatu waktu, ada salah satu santrinya yang mendatanginya sambil membawa ayam dan pisau tajam, wajah santri itu sangat serius dan agak kebingungan.

“assalammualaikum Kyai…” tukas santri.

“waalaikumsalam…., ada apa?” jawab kyai

“saya dari tadi kok bingung ya Kyai….saya mau potong ayam ini, lantas apa yang menjadikan ayam ini mati?, pisau saya yang tajam ini atau allah?” santri bicara dengan suara yang bingung gemetar.

Sang kyai tersenyum menjawab.

“Yang punya kuasa menghidupkan dan mematikan ya cuma allah, berapa lama sih kamu nyantri, kok semacam itu aja ditanyakan, sudah jelas kan?”

santri menggeleng keras, kemudian bicara dengan nada tegas plus agak berteori.

“belum kyai, saya percaya bahwa pisau saya inilah yang mematikan ayam ini…”

Kyai kembali tersenyum dan menghampirinya.

“kalau kamu percaya itu ya silahkan, sekarang saya bantu potonmg ayam itu, kamu yang potong biar saya yang pegang ayamnya….”

Santri mengangguk dan menyerahkan ayam yang dibawanya, kyai memegang kaki dan sayap ayam itu. santri menarik nafas sambil membersihkan bulu-bulu di sekitar “target eksekusi” sang ayam yaitu lehernya.

kembali kyai tersenyum dan berkata.

“kamu yakin pisau itu yang mematikan ayam ini ya..bukan allah!”

Santri mengangguk sambil meniup pisaunya pelan. bilah pisau yang putih mengkilap itu menempel di leher ayam. santri mulai menggoreskan bilah tajam itu, tapi tak terjadi reaksi apa-apa. bilah tajam itu tak mampu menembus kulit tipis sang ayam. berkali-kali santri mencoba lagi, tapi tetap tak terjadi apa-apa, ayam itu seolah memiliki ilmu kebal. sang santri mulai terlihat pucat.

“belum diasah ya pisaunya?” tanya kyai.

Santri menoleh pelan dan lemah.

“baru aja saya asah kyai, untuk belah bambu aja pisau ini bisa…”

Sang kyai mengangguk kemudian kembali berkata bijak.

“coba kamu yakini bahwa yang mampu mematikan hanya allah, baca bismillah…”

Santripun mengikuti instruksi sang kyai, kembali bilah pisau menempel di leher sang ayam.

“Bismillahirohmanirohim…”

darah segar muncrat dari leher sang ayam. sang santri terdiam kaku dan pucat menyaksikan apa yang baru terjadi. dengan malu dia menatap sang kyai. sang kyai hanya tersenyum penuh makna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar